Telegram Tembus 1 Miliar Pengguna: Siap Tantang Dominasi WhatsApp
MCBNews.co.id – Pendiri Telegram, Pavel Durov, mengumumkan pencapaian besar—aplikasi pesan instan miliknya telah menembus 1 miliar pengguna aktif pada Maret 2025. Tak hanya itu, Telegram juga mencatatkan laba fantastis sebesar US$547 juta sepanjang 2024.
Capaian ini memperkuat posisi Telegram sebagai pesaing utama WhatsApp yang saat ini masih memimpin dengan lebih dari 2 miliar pengguna aktif dan diperkirakan mencapai 3 miliar pada akhir 2025.
“WhatsApp, layanan murah yang meniru Telegram, telah menghabiskan miliaran dolar untuk lobi dan kampanye PR demi memperlambat pertumbuhan kami—dan mereka gagal,” kata Durov dalam wawancara dengan TechCrunch pada Rabu (16/4/2025). “Telegram tumbuh, menghasilkan keuntungan, dan tetap independen.”
India Penyumbang Terbesar, AS Minoritas
Data dari DemandSage mengungkap bahwa India menyumbang 45% pengguna Telegram, sementara AS hanya 9%. Pengguna Telegram didominasi oleh pria (58%) dan kelompok usia produktif 25-44 tahun (53,2%).
Sebanyak 10 juta pengguna telah berlangganan Telegram Premium, menandakan minat pasar terhadap fitur berbayar kian meningkat. Meski begitu, durasi penggunaan Telegram—rata-rata 3 jam 45 menit per bulan—masih jauh di bawah WhatsApp yang mencapai 17 jam 6 menit.
Dari Tuduhan Kriminal hingga Tekanan Geopolitik
Telegram tak luput dari sorotan kontroversial. Durov pernah ditahan di Prancis pada Agustus 2024 karena dituduh terlibat dalam distribusi konten ilegal lewat platformnya, termasuk pornografi anak dan perangkat peretasan. Ia kemudian dibebaskan bersyarat setelah membayar uang jaminan sebesar 5 juta euro.
Sejak saat itu, Telegram mulai meningkatkan moderasi konten. Namun, Durov tetap menegaskan bahwa platformnya netral secara politik dan tidak tunduk pada kepentingan pemerintah mana pun.
“Lebih baik saya bebas ketimbang tunduk pada perintah siapa pun,” ujarnya.
Serangan dari Rival Teknologi dan Pemerintah
Menurut Durov, tekanan terhadap Telegram bukan hanya datang dari pemerintah, tetapi juga dari raksasa teknologi seperti Apple dan Alphabet (induk Google). Ia bahkan mengklaim FBI sempat mencoba menyusup ke sistem enkripsi Telegram melalui perekrutan engineer secara diam-diam—klaim yang belum ditanggapi oleh FBI.
“Platform seperti Apple dan Google bisa menyensor apapun yang Anda baca, dan mengakses semua isi ponsel Anda,” ujar Durov.
Dengan fondasi pengguna yang terus bertumbuh, profit yang meroket, serta semangat mempertahankan privasi dan independensi, Telegram kini lebih siap dari sebelumnya untuk menantang dominasi WhatsApp di pasar global.
(Hda)
Tinggalkan Balasan